Kandungan Surat AL-Adiyat 1-11 // DT2FFC
بِسْمِ اللَّـهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ
وَالْعَادِيَاتِ ضَبْحًا ﴿١﴾ فَالْمُورِيَاتِ قَدْحًا ﴿٢﴾ فَالْمُغِيرَاتِ صُبْحًا ﴿٣﴾ فَأَثَرْنَ بِهِ نَقْعًا ﴿٤﴾ فَوَسَطْنَ بِهِ جَمْعًا ﴿٥﴾ إِنَّ الْإِنسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ ﴿٦﴾ وَإِنَّهُ عَلَىٰ ذَٰلِكَ لَشَهِيدٌ ﴿٧﴾ وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ ﴿٨﴾ أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُورِ ﴿٩﴾ وَحُصِّلَ مَا فِي الصُّدُورِ ﴿١٠﴾ إِنَّ رَبَّهُم بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَّخَبِيرٌ ﴿١١﴾
Tafsir Surat Al-’Aadiyat (Kuda Perang yang Berlari Kencang)
Tafsir Surah Al-’Adiyat (Al-Misbah)
Tafsir Surah Al-’Adiyat (Ibnu Katsir)
Tafsir Surah Al-’Adiyat (Ibnu Katsir)
Tafsir Surat Al-’Adiyat (TAFSIR AL-MISHBAH Karya Prof. Dr. M. Quraish Shihab)
Surat al-Adiyat artinya adalah yang berlari kencang.
Intisari Kandungan Ayat 1-5 Surat al-Adiyat
Surat ini dimulai dengan sumpah menyangkut serangan tiba-tiba yang dilakukan dengan mengendarai kuda-kuda atau unta-unta yang berlari kencang dengan terengah-engah, mencetuskan api dengan pukulan kuku kakinya. Serangan itu demikian tiba-tiba, apalagi terjadi di pagi hari saat lawan tengah tertidur lelap. Ia sedemikian gencar sehingga menerbangkan debu dan para penyerang menyerbu ke tengah kelompok musuh yang merasa diri mereka kuat.
Pelajaran Yang Dapat Dipetik Dari Ayat 1-5 surat al-Adiyat
- Al Qur’an dalam penjelasannya tidak jarang memberi ilustrasi dan tamsil untuk hal-hal yang abstrak dan tidak sulit terjangkau nalar, seperti halnya ayat-ayat di atas. Demikian jugalah hendaknya para pengajar terhadap peserta didiknya.
- Hari Kiamat tidak diketahui kapan datangnya. Karena itu hendaklah yang percaya tentang keniscayaannya selalu siap agar tidak didadak/dikejutkan olehnya.
Inti Sari Kandungan Ayat 6-11 surat al-Adiyat
Melalui ayat yang lalu, Allah bersumpah untuk meyakinkan manusia tentang hakikat kerugian besar yang pasti akan dialami oleh mereka yang ingkar dan tidak mensyukuri nikmat Allah. Ayat 6 dan 7 menegaskan bahwa:Sesungguhnya jenis manusia secara umum, dan lebih-lebih yang durhaka, sangat kikir, dan ingkar terhadap Tuhan yang memelihara dan selalu berbuat baik kepadanya; dan sesungguhnya manusia itu secara pribadi menjadi saksi atau menyadari dirinya bahwa dia memang demikian, yakni kikir dan durhaka. Dia kikir dan durhaka –menurut ayat 8– karena cintanya kepada al-Khair (harta) meluap-luap dan berlebih-lebihan. Ayat 9 dan 10 melanjutkan kecaman surat ini melalui satu pertanyaan, yaitu: “Maka jika demikian itu halnya manusia yang kikir dan durhaka, apakah dia tidak mengetahui apa yang akan dialaminya apabila dibongkar dengan mudah apa yang ada di dalam kubur dan dilahirkan serta dipisahkan apa yang ada di dalam dada dari kebaikan dan keburukan?”
Selanjutnya, penutup surat ini menegaskan hakikat yang tidak boleh dilupakan oleh siapa pun yaitu:Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui sikap dan aktivitas seluruh makhluk. Pengetahuan-Nya itu akan jelas terlihat oleh semua makhluk termasuk mereka yang kikir dan durhaka itu, lebih-lebih pada hari dibongkarnya segala sesuatu di dalam kubur.
Pelajaran Yang Dapat Dipetik Dari Ayat 6-11 surat al-Adiyat
- Kekikiran adalah sifat buruk yang diakibatkan oleh cinta yang berlebihan terhadap harta.
- Kesaksian manusia terhadap kekikirannya dapat terjadi di dunia, pada saat dia disentuh oleh kesadaran tentang buruknya kekikiran, karena penilaian tentang keburukan kekikiran adalah fitrah manusia dan bersifat universal. Namun, yang pasti kesaksian tersebut terjadi setelah kematiannya pada saat dia menyadari bahwa harta yang ditinggalkannya tidak berguna baginya lagi dan kedurhakaan telah mengantarnya kepada siksa.
- Mencintai harta adalah naluri manusia sehingga dibenarkan agama. Yang dikecamnya adalah cinta yang meluap-luap terhadap harta, karena itu berpotensi menjadikan seseorang lupa daratan sehingga mengabaikan nilai-nilai agama dan budaya.
- Segala yang dirahasiakan akan tebongkar di Hari Kemudian. Itu diilustrasikan seperti keadaan seorang yang membuka lemari ketika mencari sesuatu dengan tergesa-gesa. Keadaan serupa dalam bentuk yang lebih besar dan serius kelak akan terjadi di dalam kubur. Di sana, dibongkar dan dicari segala sesuatu disertai dengan ketergesagesaan membongkar serta kegelisahan siapa yang dibongkar isi hatinya untuk ditemukan detak-detik jantungnya serta apa yang terdapat dalam bawah sadarnya.
Demikian, wa Allah A’lam.
Tafsir Surah Al-’Adiyat (Ibnu Katsir)
Demi kuda yang berlari kencang dengan terengah-engah (1) dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya) (2) dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi (3) maka ia menerbangkan debu (4) dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh. (5) Sesungguhnya, manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Rabb-nya, (6) dan sesungguhnya menyaksikan (sendiri) keingkarannya, (7) dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta. (8) Maka, apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur (9) dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada? (10) Sesungguhnya, Rabb mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka. (11)
Allah Ta’ala bersumpah dengan kuda yang jika diperjalankan di jalan-Nya, maka ia akan berlari dan meringkik. Meringkik adalah suara yang terdengar dari kuda saat berlari.
(فَالْمُورِيَاتِ قَدْحاً) “Dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya).” Yakni, hentakan sepatu kuda ke bebatuan sehingga mengeluarkan percikan api.
(فَالْمُورِيَاتِ قَدْحاً) “Dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya).” Yakni, hentakan sepatu kuda ke bebatuan sehingga mengeluarkan percikan api.
(فَالْمُغِيرَاتِ صُبْحاً) “Dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi.” Yakni penyerbuan pada waktu pagi, sebagaimana Rasulullah صلي الله عليه وسلم pernah melakukan penyerangan pada pagi hari. Jika beliau mendengar adzan, beliau tidak melakukan penyerangan dan jika tidak mendengar adzan, maka beliau akan melakukan penyerangan.
Firman Allah Ta’ala: (فَأَثَرْنَ بِهِ نَقْعاً) “Maka ia menerbangkan debu.” Yaitu, debu di tempat berpacunya kuda.
(فَوَسَطْنَ بِهِ جَمْعاً) “Dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh.” Maksudnya, kuda-kuda itu berkumpul mengambil posisi di tengah-tengah medan.
Firman-Nya lebih lanjut: (إِنَّ الْإِنسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ) “Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Rabb-nya.” Dan inilah yang menjadi obyek sumpah. Dengan pengertian bahwa manusia itu kufur dan ingkar akan nikmat-nikmat Allah.
Dan firman Allah Ta’ala: (وَإِنَّهُ عَلَى ذَلِكَ لَشَهِيدٌ) “Dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan sendiri keingkarannya.” Qatadah dan Sufyan ats-Tsauri mengatakan, “Sesungguhnya Allah benar-benar menjadi saksi atas semuanya itu. Mungkin juga dhamir itu kembali kepada manusia (insaan). Demikian yang dikemukakan oleh Muhammad bin Ka’ab al-Qurazhi, sehingga perkiraan maknanya sebagai berikut: “Dan sesungguhnya dengan keingkarannya itu manusia akan menjadi saksi, yakni dengan lisan halnya.” Artinya, hal tersebut tampak melalui ucapan dan perbuatannya.
Dan firman Allah Ta’ala: (وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ) “Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta.” Maksudnya, sesungguhnya kecintaannya pada harta benar-benar tinggi. Dalam hal ini terdapat dua pendapat:
- Artinya, dia benar-benar cinta kepada harta.
- Sesungguhnya dia benar-benar tamak dan kikir karena cintanya pada harta.
Kedua pengertian tersebut benar.
Selanjutnya, dengan memotivasi untuk tidak tergoda oleh dunia dan menganjurkan untuk lebih menyukai akhirat serta memperingatkan akan keadaan yang ada setelah keadaan ini dan berbagai hal menyeramkan yang akan di hadapi manusia, maka Allah Tabaaraka wa Ta’ala berfirman:
(أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُورِ) “Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur?” Yakni, orang-orang yang sudah meninggi dunia dikeluarkan dari dalam kubur.
(أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُورِ) “Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur?” Yakni, orang-orang yang sudah meninggi dunia dikeluarkan dari dalam kubur.
(وَحُصِّلَ مَا فِي الصُّدُورِ) “Dan dilahirkan apa-apa yang ada di dalam dada.” Ibnu ‘Abbas dan juga yang lainnya mengatakan “Yakni memperlihatkan dan menampakkan apa yang mereka sembunyikan di dalam diri mereka.”
(إِنَّ رَبَّهُم بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَّخَبِيرٌ) “Sesungguhnya Rabb mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka.” Maksudnya, Dia Maha Mengetahui semua yang mereka perbuat dan kerjakan serta akan memberikan balasan atasnya dengan balasan yang lebih banyak dan tidak akan pernah menzhalimi mereka sekecil apapun.
Komentar
Posting Komentar